My Trip Report - Adventure to Bromo with SSC

Assalamu'alaikum wr.wb, para blog readers setia yang berbahagia. Akhirnya kembali menulis juga setelah sekian lama. Saking lamanya blog ini gak ditulisi mungkin kalo ibaratnya buku pasti udah usang dan menguning kertasnya. Trus, bagian sampulnya pasti berdebu dan penuh sarang laba-laba. Okay, sekarang waktunya ditulisin lagi nih si blog nya, sambil bawa kemoceng dan kain gombal.. hehehe.. trus bawa lap basah biar mengkilat ckck..

Sesuai rencana, saya dan teman-teman dari SSC (Sorong Student Community) mau go cuss ke Gunung Bromo (2392 m). Wait...SSC itu apa? Sesuai singkatannya, ikatan ini mewadahi semua teman-teman alumni dari Sorong yang jadi mahasiswa/i di Malang. Nah, rencana ke Bromo ini juga merupakan salah satu proker (ceilah) dari ketua ikatan SSC yang baru aja dilantik akhir tahun 2014, kak Anom Budiarso pas akhir Desember kemarin. Ciieee selamat kak.. Selamat apa? Selamat menempuh hidup baru? Bukaaaan...selamat atas dipilihnya jadi ketua ikatan SSC kak..hohoho.

Waktu berangkatnya disepakati hari Sabtu tanggal 28 Februari 2015, start jam 9 (dari kost masing2, maklum tipikal orang Indonesia hahaha). Parahnya, saya sorenya sempat ketiduran dan baru kebangun jam 8 malam. Sebelum melek, nyaris kepikiran pasti bakal ditinggal walaah. Untung saya abis itu di-BBM sama soulmate boncengan saya nanti (ceilaah) kak Dinda, bahwa kita jadi berangkat sama-sama. Kemana? Ke Bromo lah..masa ke...ke... ehmm pikir sendiri lah hahaha. Jam 9 saya jemput beliau dan sesuai kesepakatan langsung ngumpul di SPBU depan UMM. Sesudah semua terkumpul lengkap, dan segala alat dan konsumsi lengkap juga bensin full, langsung berangkat sekitar jam setengah 11 malam.

Ada sekitar 9 motor rombongannya, semuanya bawa boncengan kecuali satu, dan untungnya kali ini bukan saya (ketahuan kalo jalan bareng suka sendirian sendiri ._. ). Kali ini rute yang dipilih menuju bromo adalah via Purwosari (lebih tepatnya via Purwodadi), Pasuruan. Selepas jalan raya Malang-Pasuruan kemudian belok ke kanan (timur). Sepanjang jalan selepas dari Purwodadi tadi hanya lurus saja, terus jalan mulai menanjak dan makin berkelok-kelok. Kegelapan dan suasana sepi turut menyertai perjalanan. Beberapa kali nemuin beberapa desa, sesekali perkebunan warga. Disarankan kalo rombongan saling merapat dan jangan misah-misah, khawatirnya ntar ada hal yang gak diinginkan lagi, maklum trend begal 2015 hahaha. Sesekali berhenti di tengah jalan karena sempat ada yang motornya boros harus isi bensin lagi, dan yang pasti tuntutan alam, pipis...hahaha.

Jalan menanjak dan menurun dilalui cukup jauh dan..lamaaaa...kapan nyampenya nih, sampe jadi bote sendiri di jalan. Padahal sudah ceritaan sama soulmate boncengan gue. Akhirnya sampai di pos penjualan tiket. Bukan tiket kereta api yah (ya iyalah!). Tarif masuknya itu IDR 70k per dua orang dalam satu motor. Bagi saya, harga segitu lumayan mahal untuk masuk Bromo -_- tapi apa daya, kan kita mau ke Bromo, bukan mau demo di depan UB -_-

Finally kita sampai, sampai di akhir perjalanan sekitar jam setengah 3. Parkir motor, lalu jalan kaki naik ke suatu tempat. Disini nantinya jadi tempat atau point untuk Sunrise view, jadi kita mesti nunggu sunrise nya nongol di pagi hari. Sambil nunggu kita nongkrong sejenak di kafe terdekat sambil menghangatkan tubuh dan berdiam diri (sumpah hanya dengan cara ini saya bisa mendapatkan kehangatan alami). Jadi biarpun yang lain pada ngobrol, selfie-an, bahkan pada main kartu uno juga, saya lebih nyaman dengan 'mematung' sendiri hahaha. Kalo lagi demen ya ayok main uno bareng, atau main remi, poker, apalagi domino alias gaplek, hooo ayoook dah. Yang kalah lepas satu-satu itu pakaian penghangat hahaha.
lebih memilih diam :D
with Ustatun noge :D
udah kepanasan, pake pegang kepala pula. macam orang tua saja :v
Semakin mendekati sunrise saya lalu naik ke pendopo buat liat sunrise view, sama kakak cantik gue yang nemenin boncengan di perjalanan tadi. Bahkan gak nanggung-nanggung beliau 'memanfaatkan' kehangatan tubuh saya yang lebih tinggi dari rata2 orang dengan mengapit badan saya hahaha. :$
Tapi apa daya, kehangatan itu sudah aku dapatkan dengan puas tanpa harus liat sunrise. Iyap, selain rasanya mager, toh ujung-ujungnya kita kesini nggak lihat sunrise, wong berkabut awet begini, ckckckck.
The sunrise is behind of me, eh sorry, the sunrise is behind of this goddamn fog -_-
lautan manusia para korban php sunrise gunung bromo :v
merame rek

Jadinya di tempat yang penuh dengan kumpulan orang-orang yang rame kayak semut yang jadi korban php-nya sunrise ini, rombongan hanya berfoto selfie ria doang. Sampai jam 8 lebih langit tetep berkabut, akhirnya kami turun. Di bawah kabut berangsur-angsur menghilang. Dan disinilah keindahan alam menyadarkan kami. Bagaimana tidak, selama perjalanan malam hari kan gak keliatan apa-apa. Sumpah pemandangannya bagus buanget, sungguh tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata ini yang merupakan karyaNya yang nyata. Subhanallah. Setelah itu kita turun ke lautan pasirnya, namun jalan untuk menuruni lautan pasir dari sunrise view itu lumayan curam banget. Dijamin kalo balik naik pasti motor kewalahan banget dah ckckck.
With kak ulfa :D
Geje dua foto terakhir ini gak paham adegannya apa ._.
Setelah puas berfoto sejelan di pinggir lautan pasir yang berumput, disinilah adventure's challenges dimulai. Mengarungi samudra pasir yang luas pake motor matic bukan perkara yang mudah bro, boncengan pula. Dan disini pulalah kelincahan kita bawa motor diuji. Tidak seperti bawa motor trail, dijamin pasti motor kalian bakal sering terpleset kalo pake motor biasa. Intinya, kalian harus mempertahankan setang kalian tetap lurus bagaimanapun caranya. Pegel memang, tapi memang itu trik nya kalau gak mau motor kalian terpleset. Kalo kalian mau terpleset usahakan stang tetep lurus, biarpun ban belakang muter di tempat, kalo belok dikit dijamin kalian miring dan jatuh ke samping.

Sumpah, itulah bagian terseru yang saya rasakan selama jalan-jalan bareng ke gunung Bromo.

Berhubung tujuan awal kita datang kemari adalah ngeliat sunrise (tapi gadapet) jadi ke kawah gnung bromo bukan tujuan kita. Perjalanan menyusuri lautan pasir dilanjutkan dan kawah gunung bromo nya di skip. Hmmm sorry about that, mount Bro.

Setelah memutari kawah gunung bromo di lautan pasir mulai dari utara lalu ke barat kemudian ke selatan lalu ke timur lagi, kamipun sampai di Bukit Teletubies. Tempat ini letaknya di selatan kawah gunung bromo. Suasananya hijau banget dan berbanding terbalik dengan kondisi di bagian utara yang gersang banget dan penuh dengan debu. Jadi, bukit teletubies ini merupakan tempat yang wajib banget buat dikunjungi kalo ke gunung bromo kalian dianggap afdol. Tidak ke bromo rasanya kalo gak dateng ke bukit teletubies. Makanya kesempatan ini tidak kami dia-siakan dengan berfoto ria sepuasnya..dan sepuasnya. Kita ini memang paling jago banget dah soal foto-foto. Lihat aja nih buktinya.
Lagi :D

Rame-rame :D
red red red :D
Foto penutupan :D


Seusai sesi foto terakhir kemudian kita segera bergegas, khawatir perjalanan balik mulai hujan. Dari bukit teletubies ini ada jalan langsung kembali ke arah Tumpang, Malang. Jadi gak perlu putar balik lagi kelilingi gunung bromo lalu ke Pasuruan dulu lalu ke malang. Tapi, mas..mbak.. jalan yang kita lewati ini....astaghfirullah.. sangat meyakitkan hati banget. Tidak seperti keberangkatan yang jalannya muluuus dari bawah sampai puncak, kebalikan dengan yang satu ini yang sangat berbatu dan terjal! Jalur jip sangat gak cocok buat motor biasa gini apalagi matic. Membayangkan motor saya harus ngelewatin jalan kayak ginian ditambah boncengin mbakku, hati ini seperti tersayat-sayat rasanya, sakiiit...

Rombongan yang semula rapat-rapat menjadi terpisah jauh saking parahnya jalur ini. Rombongan di depan saya yang cukup jauh berhenti sejenak karena overheat. Padahal motornya Vario 125 loh, sementara motorku BeAT 110 cc. Akhirnya saya pun berhenti juga, sambil memikirkan betapa kasihannya saya membawa motor saya ini di jalan yang kayak ginian. Sumpah spontan saya jadi kayak langsung ngerasa down banget. Tak ragu saya bilang ke mbak saya mengatakan saya ingin bersandar di pundaknya beliau. Manja banget sih. Tapi apa daya, memang saya cukup sakit hati juga liat jalan kayak gini, 'kok rombongan depan memilih jalan kayak ginian sih. No! bukan karena saya tiba-tiba sakit atau karena belum makan.

Cukup lama kami berempat (dua motor) berhenti sejenak untuk berhenti, dan beberapa menit kemudian baru satu motor di belakang kami datang dengan cukup susah payah juga. Beberapa menit kemudian satu motor lagi datang menyusul. Mereka mempertanyakan kondisi saya sampai menawarkan bantuan tapi saya sudah menjelaskan seperti diatas kalo saya nggak apa-apa. Hufft...sorry ngerepotin rek. :D Demi keselamatan bersama (termasuk boncengan saya hehehe) terpaksa saya dan mbak saya turut turun. Saya sendiri berjalan menanjak sambil menuntun motor saya sambil ngegas naik menerjang batuan besar di jalanan yang terjal. Ckckck. Sayang tidak ada dokumentasi foto/video sama sekali sejak sesi foto terakhir tadi. Hmm.

Pengalaman yang sangat greget pada bagian yang satu ini juga takkan terlupakan bagi saya. Gak akan lagi deh ngalamin hal yang kayak gini lagi.

Akhirnya kami sampai di puncak kaldera, dimana cukup banyak orang disini, dan syukurnya jalanan sudah bagus sampai disini (heran aja kenapa untuk jalan ini kok sengaja gak diperbaiki, padahal ini termasuk jalan utama menuju ke bromo dari arah Tumpang, Malang). Sehabis menunggu semua rombongan sudah lengkap naik semua, akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dan tak jauh saya berhenti sejenak untuk isi bahan bakar motor saya yang udah semakin menipis. Saya beli pertamax 2 liter sekalian seharga IDR 10k perliter. Nanggung, mengingat bensin aja harganya IDR 9k/liter. Kalau harga resminya di Pertamina saat itu masih Rp 8.000/liter untuk pertamax dan Rp 6.900/liter untuk premium. Setelah keisi semua, kemudian kami melanjutkan perjalanan...turun meninggalkan bromo.

Sepanjang perlajanan turun kami lebih banyak disuguhkan pemandangan hutan dan perkebunan warga. Tapi tak cukup jarang juga sih ada pemandangan sawah bertingkat. Jalan yang kami lalui ini tidak terlalu mulus juga, mengingat hanya berupa jalan cor yang disambung-sambung doang dan mulai rusak di sana-sini. Yasudahlah gak apa, daripada harus lewat jalan yang kayak tadi...oh tidak akan lagi deh ckckck. Kasihan banget motor gue.

Selama turun kerasa banget perubahan suhunya dari dingin berangsur-angsur menghangat. Semilir angin menyapa setiap perjalanan. Walaupun kami berjalan agak pelan. Kasihan kak dinda boncenganku yang sudah merasa capek udah duduk PeWe (posisi wenak, haha) di atas motor kena angin pula, lantas ketiduran di atas motor. Kaget saya sumpah, anehnya tidur di atas motor tapi kok bisa gak jatuh nih loh ckckck. Bahkan salah satu teman saya ada yang juga ketiduran di boncengan dan sudah mimpi di atas kasur di kamarnya ._.

Cukup lama perjalanan pulang kami dengan santai. Akhirnya tiba juga kami di daerah kota malang dan melewati daerah Sawojajar terlebih dahulu yang notabene "kota dalam kota" atau "kota lainnya kota malang" atau "Bekasi-nya kota malang". Hahaha, bukan saya yang bilang loh. Cuma memang keunikan daerah Sawojajar bisa diungkapkan seperti itu hehehe. Saat sudah masuk daerah kota kami nelewati rute jalan belakang stasiun (Hamid Rusdi) kemudian lewat jembatan rel, depan stasiun, bundaran balai kota, lewat jalan semeru, belok kanan tembus bundaran Jl simpang balapan, belok ke Jl. Jakarta, masuk Jl veteran (aku kira lurus) lewat Jl Sumbersari, dan disinilah kami berpisah. Rombongan lain ke arah UMM untuk cari makan sementara saya harus mengantar kak dinda pulang ke kostnya terlebih dahulu, sebelum saya pulang ke kosan saya dan tak lupa juga makan siang sebelum berhibernasi ngembaliin energi yang terpakai dan segala pegel encok yang mendera, hehe.

Makasih banyak kak dinda yang udah setia mendampingi saya selama jadi soulmate boncengan di atas motor, dan makasih buat semuanya, suka dukanya hahaha. Maaf kalo ada ngerepotin KaDin.

Well, begitulah laporan perjalanan (trip report) saya tentang petualangan susah-senang ke gunung bromo bersama teman-teman SSC. Moment ini sungguh gak bakal terlupa dalam jangka waktu yang sangat lama dalam memori saya. Dan juga kebersamaan yang kita lalui juga tentu akan selalu terkenang dalam benak ingatan dan hati masing-masing. Terimakasih atas segala waktunya, atas kebersamaannya, atas bantuannya, atas susah-senang barengnya, atas ukiran kenangan, atas segalanya. SSC, akan selamanya tetap exist dan semakin maju di kota malang, dan tali silaturahmi kami asal kota sorong, papua barat takkan pernah putus disini. Big thanks for SSC. :D(y)



Malang, March 1 2015


Rian Prio Bramantio
Member of SSC period 2013

Komentar

My Popular Post

Free Wi-Fi di McDonald's Dinoyo Malang

Yogyakarta-Malang with KA Malioboro Ekspres (Trip Review)

Tips Membuat Kue Bola-bola Keju Coklat | Mudah

Tukang Sol Sepatu Tua di Perempatan ITN Malang

Basa Jawa Kasar (Very-low Javanese Language)

Beragam Situs Peninggalan Sejarah di Malang Raya

Blusukan Candi-candi di Sleman (Part 2)