Tukang Sol Sepatu Tua di Perempatan ITN Malang
Siapa yang punya sepatu angkat tangan! Pasti kebanyakan punya sepatu yah. Nah kalo sepatu kalian rusak? Beli baru? Di perbaiki? Atau bahkan digadai di pegadaian? Untuk pilihan terakhir perbaiki sepatu ini bisa jadi opsi kalo sepatu kita gak terlalu parah rusaknya. Nah, dalam postingan ini saya bawain cerita menarik+menyentuh yang barusan saya alami tadi. Langsung aja ceritanya, cekidot.
Saya rencananya mau perbaiki salah satu sepatu yang rusak di antara deretan koleksi sepatu di rak sepatu kamar kosan-ceeilaah. Daripada beli sepatu baru, mending dibetulin aja sepatu itu ke tokobagus, eh, tukang sol sepatu saja, lebih menghemat pengeluaran kan. Mengingat kondisi sepatu jebol hanya sol nya yang lepas, karenaminta makan sudah berumur. Nah tiba saatnya saya berencana betulin sepatu. Letaknya itu di perempatan lampu merah sumbersari deket ITN. Pak sol sepatu yang mangkal disitu saya aja baru tau gak lama ini. Yaudah, sepatu yang udah saya masukin ke dalam kantong kresek ini saya serahkan ke tukang sol sepatu itu kemudian berkata,
"Permisi pak, saya mau perbaiki sepatu pak",
"Silahkan dek", kemudian bapak itu memeriksa kondisi sepatu saya.
"Bagaimana pak?" tanya saya.
"Ini sambungan antara bagian atas dengan bagian sol nya udah lepas," jelasnya. Saya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasannya.
"Ohh begitu pak. Iya deh pak, yang penting sepatunya bisa kuat lagi," jawab saya.
"Kalau mau kuat harus dijahit biar gak lepas sol nya. Gimana?"
"Iya pak, kira-kira selesainya berapa lama?"
"Besok sudah bisa diambil. Saya tiap hari berada disini, sampai jam 1 siang,"
"Oh iya pak hehe. Terus berapa pak harganya biar sepatunya kuat dipakai lagi?"
"40 ribu dek," jawabnya. Sebetulnya saya tidak pernah perbaiki sepatu sendiri di sol sepatu jadi saya tidak tau harga normalnya. Yaudah, merasa wajar dengan harga segitu saya setuju kemudian saya bayar langsung kepada bapak itu, hitung-hitung rejeki buat bapak itu mengingat usianya sudah renta dibalik tangan cekatannya perbaiki sepatu yang rusak.
"Kuliah dimana dek, jurusan apa?" tanya bapak itu pada saya.
"Di UB pak, jurusan teknik sipil," jawab saya.
"Ngekosnya dimana? Udah semester berapa?"
"Di daerah Kedung Ombo pak, belakang ITN, jalan Bendungan Darma. Sekarang semester 3 pak,"
Kemudian saya diberi semacam nota. Tak lama setelah sedikit berbincang enak ia berpesan.
"Kuliah yang baik-baik ya dek. Jangan terbawa arus pergaulan yang salah, percaya sama diri sendiri. Dimanfaatkan fasilitas yang sudah ada, disyukuri. Moga diberi kelancaran kuliahnya, moga diberi rejeki, moga cepat lulus dan bisa membanggakan,"
"Amin," saya mengamini berkali-kali saat bapak itu memberikan nasehat. Kemudian saya meninggalkan bapak itu. Semoga bapak juga senantiasa diberikan rejeki berlimpah dari Allah swt, dalam hati saya. Aminkan dong!
Oke, karena terbatasnya waktu saya tidak bisa ambil sepatu saya besok. Akhirnya saya baru ambil sepatu saya 4 hari kemudian. Itupun saya lolos dari tilang sepulang dari kampus. Entah kenapa di lingkungan UB luar dalam penuuh dengan polisi. Rupanya ada semnas alias seminar nasional. Nyaris saja tadi. Apalagi saya merasa panik mengingat pajak motor saya terlambat dibayar. Gak bakal kena tilang kok!
"Permisi pak, saya mau ambil sepatu saya," ucap saya halus sambil memberikan nota pada bapak yang sudah tua tersebut. Kemudian sepatu yang sudah jadi itu dimasukkan kedalam kantong plastik.
Udah tau kan saya ini orangnya kepoan banget. Dasar kepo ya. Terbesit dalam pikiran untuk nanya ke bapak ini sejak kapan buka jasa sol sepatu. Begitu saya tanya, ternyata sudah amat sangat sangat lamaa banget alias ASSLB, yaitu sejak Tahun 1957! Berarti lebih dari 55 tahun! Udah lama buanget! Mama sama bapak mu udah lahir belum tuh? Dan selain itu ia cerita kalau perempatan ini dulunya sangat sangat sunyi. Sangat jarang orang melintas disini. Rata-rata yang lewat hanya andong atau dokar, selebihnya sepeda ontel atau pejalan kaki sajadan juga makhluk halus pastinya.
Beliau bercerita, dahulu jalan yang sekarang bernama Jalan Bendungan Sutami dan Jalan Sumbersari hanyalah sebuah jalan macadam alias jalan sirtu atau jalan tanah yang ditimbun batu-batu kecil. Begitu juga dengan jalan Veteran, sementara Jalan Bendungan Sigura-gura dulu belum ada. Dulu pernah melintang jalur rel lori (kereta api pengangkut hasil tebu) Decauville di sepanjang jalan Bendungan Sigura-gura dan jalan Veteran, yang pernah aktif sejak jaman Belanda hingga tahun 70'an.
Lanjutnya, dahulu di sekitaran perempatan situ terhampar sawah dimana-mana. Baik UB, ITN, dan sekitarnya dulu cuma sawah. Sawah padi juga sawah tebu. Mengingat ada jalur rel lori pasti ada pabrik gula (PG) yaitu PG Dinoyo yang berubah menjadi Pasar Dinoyo dan sekarang menjelma menjadi Mall Dinoyo, serta PG Kebonagung yang masih aktif namun lorinya sudah tidak aktif. Sementara pemukiman padat di seputaran daerah Sumbersari dahulu merupakan sebuah "kampung" kecil, dimana warganya memiliki rumah tidak permanen terbuat dari anyaman bambu (gedek). Itupun sangat jarang dan saling berjauhan tak seperti sekarang saling merapat dan bertingkat ke atas.
Sayang, saya lupa nanya nama dari bapak tua itu, juga usia, dan tempat tinggal beliau. Tapi yang saya ingat usaha sol sepatu bapak itu bernama "Moronyoto", ada di tulisan gerobaknya. Jadi saya juluki bapak itu pak "Moronyoto", sebelum saya kesana lagi kelak dan mengetahui nama asli pak moronyoto. Saya juga teringat cerita temen saya yang perbaiki sepatu di Pasar Lawang, namun tukang sol sepatu itu terlalu santai seolah gak punya niat. Karena saran dari temannya, ia bawa lagi sepatu yang belum selesai itu ke pak Moronyoto, dan besoknya sudah jadi dengan harga lebih terjangkau. Teman saya dongkol dengan tukang sol sepatu di pasar lawang itu karena model kerjanya kayak gitu, sehingga Allah nggak berikan amanah jadi tukang sol yang laris dan rejeki pun berpihak ke pak moronyoto.
(Source disini).
Saya pun berharap suatu saat kelak bisa bawa sepatu atau tas atau barang lain sejenis yang rusak untuk diperbaiki di tempat itu lagi, kalau perlu pun menjadi pelanggan setia pak moronyoto. Hitung-hitung saya bisa memberikan rezeki kepada bapak itu. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rejeki kepada beliau. Semoga juga dengan ditulisnya artikel ini bisa bermanfaat menjadi referensi bagi para pembaca yang benar-benar mencari tukang sol sepatu terbaik dan terjangkau di Malang dan sekitarnya sehingga semakin banyak pelanggan yang membutuhkan jasa dari pak Moronyoto. Amin.
Jadi bisa dibilang bapak tukang sol sepatu tersebut adalah tukang sol sepatu yang paling "legend" di daerah Sumbersari sini.
Dimanakah lokasi tukang sol sepatunya?
Tersedia lokasi check-in tempat ini di foursquare. Check-in sekarang.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya dalam postingan ini, dan jangan lupa sampaikan sesuatu di komentar dibawah ya. Sampai berjumpa di postingan selanjutnya lagi. :D See yaa...
Saya rencananya mau perbaiki salah satu sepatu yang rusak di antara deretan koleksi sepatu di rak sepatu kamar kosan-ceeilaah. Daripada beli sepatu baru, mending dibetulin aja sepatu itu ke tokobagus, eh, tukang sol sepatu saja, lebih menghemat pengeluaran kan. Mengingat kondisi sepatu jebol hanya sol nya yang lepas, karena
"Permisi pak, saya mau perbaiki sepatu pak",
"Silahkan dek", kemudian bapak itu memeriksa kondisi sepatu saya.
"Bagaimana pak?" tanya saya.
"Ini sambungan antara bagian atas dengan bagian sol nya udah lepas," jelasnya. Saya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasannya.
"Ohh begitu pak. Iya deh pak, yang penting sepatunya bisa kuat lagi," jawab saya.
"Kalau mau kuat harus dijahit biar gak lepas sol nya. Gimana?"
"Iya pak, kira-kira selesainya berapa lama?"
"Besok sudah bisa diambil. Saya tiap hari berada disini, sampai jam 1 siang,"
"Oh iya pak hehe. Terus berapa pak harganya biar sepatunya kuat dipakai lagi?"
"40 ribu dek," jawabnya. Sebetulnya saya tidak pernah perbaiki sepatu sendiri di sol sepatu jadi saya tidak tau harga normalnya. Yaudah, merasa wajar dengan harga segitu saya setuju kemudian saya bayar langsung kepada bapak itu, hitung-hitung rejeki buat bapak itu mengingat usianya sudah renta dibalik tangan cekatannya perbaiki sepatu yang rusak.
"Kuliah dimana dek, jurusan apa?" tanya bapak itu pada saya.
"Di UB pak, jurusan teknik sipil," jawab saya.
"Ngekosnya dimana? Udah semester berapa?"
"Di daerah Kedung Ombo pak, belakang ITN, jalan Bendungan Darma. Sekarang semester 3 pak,"
Kemudian saya diberi semacam nota. Tak lama setelah sedikit berbincang enak ia berpesan.
"Kuliah yang baik-baik ya dek. Jangan terbawa arus pergaulan yang salah, percaya sama diri sendiri. Dimanfaatkan fasilitas yang sudah ada, disyukuri. Moga diberi kelancaran kuliahnya, moga diberi rejeki, moga cepat lulus dan bisa membanggakan,"
"Amin," saya mengamini berkali-kali saat bapak itu memberikan nasehat. Kemudian saya meninggalkan bapak itu. Semoga bapak juga senantiasa diberikan rejeki berlimpah dari Allah swt, dalam hati saya. Aminkan dong!
Oke, karena terbatasnya waktu saya tidak bisa ambil sepatu saya besok. Akhirnya saya baru ambil sepatu saya 4 hari kemudian. Itupun saya lolos dari tilang sepulang dari kampus. Entah kenapa di lingkungan UB luar dalam penuuh dengan polisi. Rupanya ada semnas alias seminar nasional. Nyaris saja tadi. Apalagi saya merasa panik mengingat pajak motor saya terlambat dibayar. Gak bakal kena tilang kok!
"Permisi pak, saya mau ambil sepatu saya," ucap saya halus sambil memberikan nota pada bapak yang sudah tua tersebut. Kemudian sepatu yang sudah jadi itu dimasukkan kedalam kantong plastik.
Udah tau kan saya ini orangnya kepoan banget. Dasar kepo ya. Terbesit dalam pikiran untuk nanya ke bapak ini sejak kapan buka jasa sol sepatu. Begitu saya tanya, ternyata sudah amat sangat sangat lamaa banget alias ASSLB, yaitu sejak Tahun 1957! Berarti lebih dari 55 tahun! Udah lama buanget! Mama sama bapak mu udah lahir belum tuh? Dan selain itu ia cerita kalau perempatan ini dulunya sangat sangat sunyi. Sangat jarang orang melintas disini. Rata-rata yang lewat hanya andong atau dokar, selebihnya sepeda ontel atau pejalan kaki saja
Beliau bercerita, dahulu jalan yang sekarang bernama Jalan Bendungan Sutami dan Jalan Sumbersari hanyalah sebuah jalan macadam alias jalan sirtu atau jalan tanah yang ditimbun batu-batu kecil. Begitu juga dengan jalan Veteran, sementara Jalan Bendungan Sigura-gura dulu belum ada. Dulu pernah melintang jalur rel lori (kereta api pengangkut hasil tebu) Decauville di sepanjang jalan Bendungan Sigura-gura dan jalan Veteran, yang pernah aktif sejak jaman Belanda hingga tahun 70'an.
Lanjutnya, dahulu di sekitaran perempatan situ terhampar sawah dimana-mana. Baik UB, ITN, dan sekitarnya dulu cuma sawah. Sawah padi juga sawah tebu. Mengingat ada jalur rel lori pasti ada pabrik gula (PG) yaitu PG Dinoyo yang berubah menjadi Pasar Dinoyo dan sekarang menjelma menjadi Mall Dinoyo, serta PG Kebonagung yang masih aktif namun lorinya sudah tidak aktif. Sementara pemukiman padat di seputaran daerah Sumbersari dahulu merupakan sebuah "kampung" kecil, dimana warganya memiliki rumah tidak permanen terbuat dari anyaman bambu (gedek). Itupun sangat jarang dan saling berjauhan tak seperti sekarang saling merapat dan bertingkat ke atas.
Sayang, saya lupa nanya nama dari bapak tua itu, juga usia, dan tempat tinggal beliau. Tapi yang saya ingat usaha sol sepatu bapak itu bernama "Moronyoto", ada di tulisan gerobaknya. Jadi saya juluki bapak itu pak "Moronyoto", sebelum saya kesana lagi kelak dan mengetahui nama asli pak moronyoto. Saya juga teringat cerita temen saya yang perbaiki sepatu di Pasar Lawang, namun tukang sol sepatu itu terlalu santai seolah gak punya niat. Karena saran dari temannya, ia bawa lagi sepatu yang belum selesai itu ke pak Moronyoto, dan besoknya sudah jadi dengan harga lebih terjangkau. Teman saya dongkol dengan tukang sol sepatu di pasar lawang itu karena model kerjanya kayak gitu, sehingga Allah nggak berikan amanah jadi tukang sol yang laris dan rejeki pun berpihak ke pak moronyoto.
(Source disini).
Saya pun berharap suatu saat kelak bisa bawa sepatu atau tas atau barang lain sejenis yang rusak untuk diperbaiki di tempat itu lagi, kalau perlu pun menjadi pelanggan setia pak moronyoto. Hitung-hitung saya bisa memberikan rezeki kepada bapak itu. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rejeki kepada beliau. Semoga juga dengan ditulisnya artikel ini bisa bermanfaat menjadi referensi bagi para pembaca yang benar-benar mencari tukang sol sepatu terbaik dan terjangkau di Malang dan sekitarnya sehingga semakin banyak pelanggan yang membutuhkan jasa dari pak Moronyoto. Amin.
Jadi bisa dibilang bapak tukang sol sepatu tersebut adalah tukang sol sepatu yang paling "legend" di daerah Sumbersari sini.
Pak tukang sol sepatu tua. |
Peta petunjuk lokasi tukang sol sepatu tua di perempatan lampu merah Sumbersari. Lokasinya di pojok perempatan di bawah pohon ceri (gersen) dekat ATM BCA. |
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya dalam postingan ini, dan jangan lupa sampaikan sesuatu di komentar dibawah ya. Sampai berjumpa di postingan selanjutnya lagi. :D See yaa...
super sekali deh , ntar pulkam ke malang bawa sepatu yg rusak ah hihi
BalasHapushahaha mb kina. siap deh, jangan lupa visit postingan yg lainnya :D
Hapushahaha mb kina. siap deh, jangan lupa visit postingan yg lainnya :D
BalasHapusYang di Lawang itu dimana ya kalo boleh tau
BalasHapusmaaf kurang tau saya, karena teman saya yg pernah kesana
HapusSekarang masih ada gk mas?
BalasHapusMasih ada bro
HapusSekarang masih ada ga ya?
BalasHapusMasih kak..
HapusUntuk saat ini di tengah pandemi COVID 19, apakah masih ada kak?
BalasHapus