Blusukan Candi-candi di Sleman (Part 5)

Finally...setelah dinanti-nanti akhirnya keluar juga versi part lima nya... Para blog readers yang setia membaca dan membaca pasti sangat tama menantikan kehadiran part lima alias part penutupan ini. Kondisi mood yang kurang juga disinyalir menyebabkan kurangnya maksimal untuk menulis artikel ini sampai selesai, ckckck. Okay lanjuuut.

Part 5 ini merupakan part penutup dari semua part yang ada mulai dari Part 1 sampai Part 4.2 terakhir. Karena diberi judul penutup, otomatis artikel terakhir kali ini memuat cerita blusukan terakhir tentang candi terakhir yang saya kunjungi di hari terakhir -yo dawg. Adalah Candi Gebang dan Candi Kalasan. Awalnya sempet pesimis bakalan masih sempet ngunjungin dua candi terakhir ini. Namun tragedi ketinggalan kereta lah yang membuat saya memiliki kesempatan untuk menyelesaikan misi saya yang terakhir ini. Finally again! Jangan-jangan karena niat saya blusukan ke semua candi besar disini makanya saya diberi semacam "berkah" agar semua candi besar bisa saya kunjungi sehingga disengajain ketinggala keretanya, hehe. Kayak panggilan alam aja.

Well, langsung saja deh seperti apa hasil blusukan saya di kedua candi terakhir ini, cekidooot...

Hari terakhir - 9 Februari 2015 | Candi Gebang

Rute menuju candi Gebang cukup mudah dijangkau dari pusat kota Sleman dan Yogyakarta. Namun kali ini saya melewati rute yg berbeda yg umumnya orang lewat ringroad dari UPN Veteran. Dari Jl Solo kita mengikuti Ringroad utara trus ngikutin papan petunjuk jalan menuju Stadion Maguwoharjo. Nah dari situ mulai diketahui arah ke candi ini. Lebih gampangnya ikuti papan reklame super besar perumahan Candi Indah, sampai kita nemuin juga papan kecil penunjuk arah candi Gebang.

Nanti saat nemuin papan yang menunjuk masuk ke sebuah jalan kecil ninggalin jalan utama tadi, jangan pantang berhenti mencari papan penunjuk candi selanjutnya. Kalo kita nggak jeli, dijamin kita bisa nyasar di komplek perumahan warga yang cukup membingungkan, belok kiri belok kanan, pusing kiri pusing kanan.

Akhirnya tibalah di candi Gebang, akhir dari perjalanan hidup ini, eh perjalanan mengitari perumahan warga tadi. Secara administratif Candi Gebang berada di daerah Condongcatur,yakni Dusun Gebang, Kel. Wedomartani, Kec. Ngemplak, Kab. Sleman, Yogyakarta (tinggalkan reply kalo lokasinya salah ya) Setelah parkirin motor di dalam, tidak lupa saya mengisi buku tamu sebagai 'ritual rutin' selama mengunjungi candi. Kata bapak penjaganya, biayanya seikhlasnya kita. Kubuka dompet saya dan rupanya dompet saya kurus banget -,- yaudah maaf ya pak cuma bisa ngasih Rp 2000 aja, yg penting ikhlas dan tak bantu tambah bayar pake doa deh, hihi. Sebelum menghampiri candinya saya sempatin baca papan informasinya dulu.
Setelah nyimak informasi yg cukup, saya mendekati candi Gebang. Unik banget pemandangan yang di tangkap oleh mata dan pikiran kali ini. Pertama penataan tamannya yang cantik banget subur, kedua letaknya masih asri dan dipenuhi pohon2 nan hijau. Ketiga, posisi candi ini rupanya menghadap ke timur!! Jarang banget biasanya yang kita ketahui candi biasanya menghadap ke barat. Dan keempat, tepat di belakang (depan kalo liat arah candinya hehe) kelihatan Stadion Maguwoharjo yang memang sangat dekat dari sini.
Nampak atap tribun stadion Maguwoharjo berwarna biru tak jauh dari candi.
Tampak depan bila kita masuk. Kalo berdasarkan arah candi, ini merupakan belakangnya candi.
Berhubung candi ini uniknya menghadap timur, alhasil saat masuk ke halaman depan candi, yang nampak justru belakangnya candi, hehehe. Oke, suasana unik tersendiri terasa di halaman candi mungil ini yang cukup luas dan hijau dengan tanaman tamannya yang terawat dengan baik. Pertama kali yang terlihat dari (belakang) candi ini yaitu terlihatnya arca Ganesha dengan belalai menghadap utara. Diatasnya ada relief seperti kalamakara tapi versi mungil. Di tingkat tertinggi terdapat relung kecil dan isinya ada arca juga. Tapi kurang tau arca siapa, tapi diduga sih arca dewa. Puncak candi menonjol dengan bentuk silinder dan mirip sekali dengan bentuk sebuah lingga.
Tampak belakang candi terdapat relung berisi arca Ganesha.
Sementara pada bagian kak candi tidak kelihatan adanya relief sama sekali. Tubuh candi sisi utara dan selatan juga polos dengan masing-masing relung kosong tanpa arca yang belum diketahui. Menengok sisi timur candi alias bagian depannya, terdapat pintu masuk kedalam ruangan. Di sebelah kanan atau utara pintu masuk terdapat arca Nandiswara namun tanpa kepala. Katanya pada tahun 1989 arca itu tiba-tiba ditemukan sudah tanpa kepala. Konon arca ini diletakkan berdiri di atas arca lembu/Nandi (butuh referensi?). Sementara itu relung pada bagian kiri alias selatan pintu candi tampak kosong tidak terisi arca. Konon relung itu awalnya berisi arca Mahakala.
Tampak depan candi.
Bila kita ingin masuk ke dalam candi, tidak ada tangga yang tersedia. Entah memang tidak dibuatkan tangga atau mungkin dahulu terdapat tangga yang dibuat dari bahan yang tidak awet seperti kayu, masih menjadi misteri. Yang pasti tangganya tidak terbuat dari plastik. Yaiyalah! Dari mana sejarahnya jaman klasik ada plastik -_- Nah setelah kita bersusah payah memanjat tebing candi ini, begitu kita bisa masuk ke dalam candi, di dalam terdapat sebuah yoni lengkap dengan ceruknya namun tanpa lingga yang tertancap di atasnya.
Terlihat sebuah yoni tanpa lingga diatasnya di dalam candi.
Oke, bila kita lihat dari desain candi mungil yang berukuran 5,25 m x 5,25 m tinggi 7,5 m dan luas 27,56 m2 ini, apalagi adanya arca Ganesha dan Nandiswara, bisa dipastikan (dan sudah pasti) candi ini beraliran Hindu. Posisinya yang anti-mainstream itu, menghadap ke timur, mungkin karena ditujukan untuk menghadap sebuah kali tepat di depan candi tersebut. Tapi tidak tahu di bawah kali itu ada sebuah situs atau petirtaan, diduga jaman dahulu selain bisa mandi atau menyucikan diri di kali itu, bisa langsung menuju ke candi, itulah mengapa menghadap ke timur alias menghadap kali.
Suasana candi Gebang masih asri walau ada stadion baru dibangun di belakangnya.
Candi Gebang ditemukan secara tidak sengaja pada bulan November 1936 oleh seorang petani yang sedang menggali tanah untuk mencari batu dan pasir. Bukan batu bangunan yang ia dapatkan akan tetapi batu yang berwujud arca Ganesha. Setelah dilakukan penggalian lebih lanjut oleh Dinas Purbakala masa itu, ditemukan pondasi kaki candi. Candi ini runtuh total dan terkubur di dalam tanah akibat dari letusan gunung Merapi. Candi ini kemudian dipugar oleh Prof. Dr. Ir. Van Romondt pada tahun 1937-1939, dan menghasilkan bentuk candi yang kita lihat sekarang.Diduga candi ini didirikan pada tahun 730 hingga 800 masehi pada masa kerajaan Mataram Kuno oleh wangsa Sanjaya.

Setelah rasa puas saya terbayarkan selama di candi mungil nan imut ini (terlebih langit tiba-tiba mendung gelap secara mendadak), kemudian saya berpamitan sama bapak petugas penjaganya, dan melanjutkan perjalanan menuju kunjungan candi terakhir yaitu Candi Kalasan.

Candi Kalasan

Berpacu dalam melodi gelapnya mendung sore hari, melaju di tengah kencangnya arus lalu lintas dari Ringroad utara lalu meluncur sepanjang jalan Solo sampai Kalasan, dengan petunjuk di pinggir jalan akhirnya saya tiba di candi Kalasan.

Tetapi jangan pernah anda berimajinasi bahwa tempat ini sangat ramai seperti Candi Prambanan dan Ratu Boko. Tempat untuk menjual souvenir dan kantin untuk melepas lapar dan dahaga pun tidak ada. Tempat parkir disini disediakan seadanya. Tidak ada pengunjung yang datang setelah kedatangan saya disini. Ironis, candi ini bener-bener kesepian banget. Untuk mengisi buku tamu disini saya disambut dengan seorang bapak2 satpam yang terlihat sedang males alias mager. Kesannya, bapak ini begitu pasrah ia didapati mendapat pekerjaan ini dan ia hanya duduk santai di depan mejanya sambin nonton acara dangdut di tv naga-naga *eh. Bahkan begitu saya tawari biaya masuk sukarela, justru bapak ini menolak dengan ikhlas. Antara kasihan dengan apa yang dilakukan bapak ini, sekaligus salut karena bapak ini menolak uang sumbangan dari saya, yang notabene anti pungli (sering terjadi pungli di candi-candi lain).
Tidak ada perbedaan antara saat candi pertama kali ditemukan hingga nampak sekarang.
Bagian pertama yang akan kita jumpai pertama kali adalah bagian depan candi. Untuk menaiki bagian lantai teras atas candi kita disambut dengan relief Makara kemudian menaiki tangga kecil yang tepat didepannya terdapat pintu utama yang unik yaitu menghadap timur! Konsep bangunan menghadap timur yang sangat jarang ini juga terdapat di candi Gebang yang barusan saya kunjungi.
Untuk memasuki pintu utama yang menghadap timur ini cukup sulit karena kondisi tangga-tanganya sangat terjal dan terkesan dibiarkan seadanya. Sangat mengkhawatirkan kalo kalian melewati tangga ini, resiko jatuh membayangi kita kalau tidak berhati-hati.
Dari atas teras candi ini kita bisa melihat beberapa potongan candi yang tidak terpakai atau tidak bisa tersusun lagi itu di display dengan rapi di sepanjang pinggir halaman.
Ini salah satu pintu masuk candi Kalasan, atara pintu utara maupun pintu selatan saya agak lupa. Namun terlihat lebih kecil dari pintu utama pastinya, meskipun tangga untuk masuk juga dalam kondisi mengenaskan. Di bagian kiri dan kanan pintu ini terdapat relief-relief. Namun lebih banyak relief floris dan sisanya dinding candi terlihat polos. Pada candi Kalasan terdapat beberapa relung di setiap sisi candi namun sudah tidak terdapat arca-arca didalamnya.
Relung-relung candi Kalasan kini tidak ada arca-arcanya.
Yang paling mengenaskan dari bagian candi ini yaitu pada sisi barat. Dimana pada bagian ini sudah tidak berbentuk sebuah ruangan lagi, hanya menyisakan desain atap batu yang mengrucut di puncaknya. Terdapat relung yang sejatinya merupakan relung interior yang kini terbuka dan tidak ada arcanya pula. Dari kondisi sisi barat candi ini yang semula merupakan bekas ruangan, sangat mengenaskan. Bahkan tanaman liar pun tumbuh bebas disini. Tak hanya lumut bahkan pakis pun tumbuh di sela-sela batuan candi ini.
Sisi barat candi kondisinya sangat mengenaskan.
Jika kita bandingkan antara foto jadul saat ditemukannya candi ini tahun 1923 hingga sekarang tahun 2015, sama sekali tidak ada perbedaan berarti pada candi ini. Maka hal ini mengisyaratkan bahwa candi ini belum pernah mendapat sentuhan pemugaran sama sekali! Berbeda dengan saudaranya, candi Sari, bahkan candi Sojiwan (yang juga candi Buddha) sudah mengalami renovasi total yang sudah diresmikan oleh Mendikbud masa itu yaitu Moh. Nuh.
Saya sendiri sih tidak banyak berkomentar soal kondisi candi ini. Memang letaknya agak jauh dengan candi Prambanan (tidak jauh amat, hanya beberapa kilometer doang) tapi candi sebesar ini mestinya mendapat perhatian intensif baik dari pemda maupun dari BP3 Yogyakarta. Hal ini seolah pilih kasih antara candi Kalasan dan candi Sojiwan (hanya karena alasan jarak dan mungkin biaya). Disisi lain, kondisi candi apa adanya ii juga berpotensi menimbulkan bahaya karena batu-batu yang berserakan di atas candi berpeluang jatuh meluncur ke bawah dan bisa melukai orang-orang dibawahnya.
Semoga saja, setelah tulisan ini dibuat, dan kelak saya kesana lagi, saya bisa melihat kondisi candi kalasan yang benar-benar fresh alias baru hasil pemugaran total. Kita doakan saja, bro...
Foto terakhir saat akan meninggalkan candi Kalasan.
Selepas saya meninggalkan candi Kalasan, langit sudah semakin gelap dengan mendung tebalnya di sore hari. Masih ada agenda tambahan selepas saya dari tempat ini, yaitu membeli Bakpia pesanan ortu untuk oleh-oleh dan terakhir mengisi BBM motor yang saya pinjam pakai ini, hehehe. Alhamdulillah, hujan bisa menunggu saya sampai saya kembali ke tempat tinggal saya selama di Jogja. Dan berakhirnya perjalanan terakhir saya hari itu sekaligus menandakan berakhirnya Blusukan saya untuk candi-candi di Sleman dan sekitarnya. Tinggal menanti besok pagi saya bakal meninggalkan Jogja dengan kereta api Malioboro Ekspres tujuan Malang.

Komentar

My Popular Post

Free Wi-Fi di McDonald's Dinoyo Malang

Yogyakarta-Malang with KA Malioboro Ekspres (Trip Review)

Tips Membuat Kue Bola-bola Keju Coklat | Mudah

Tukang Sol Sepatu Tua di Perempatan ITN Malang

Basa Jawa Kasar (Very-low Javanese Language)

Beragam Situs Peninggalan Sejarah di Malang Raya

Blusukan Candi-candi di Sleman (Part 2)