Blusukan Candi-candi di Sleman (Part 4.1)

Kembali lagi kita pada postingan ke empat ini, melanjutkan dari postingan sebelumnya, Part 1, Part 2, dan Part 3. Sebelumnya mohon maaf apabila postingan part 4 ini agak telat terbitnya karena keterbatasan waktu tenaga serta curah pikiran dari sang penulis. Harap maklum lah, sang penulis juga punya mood untuk menginspirasikan pikirannya pada tulisan, heehehe.

Okay, sesuai dengan janji sebelumnya, pada part 4 ini saya bakal membahas hasil blusukan saya memburu candi di hari kelima ini. Ohya, sebenarnya agak lebih tepat kalau postingan ini diberi judul "...di Sleman dan Sekitarnya". Kenapa? Karena khusus pada postingan ini saya gak hanya membahas candi-candi di Sleman.  Namun di sekitaran Sleman - lebih tepatnya pinggiran perbatasan kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Adapun candi di Klaten yang saya kunjungi yaitu : Candi Sojiwan, Candi Lumbung, Candi Bubrah, Candi Sewu, Candi Gana/Asu, Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.

Karena cukup banyaknya candi yang bakal saya bahas dan menghindari tulisan yang terlalu panjang, maka artikel tentang hari ini saya bagi menjadi dua sub-part. Pada part ini (Part 4.1) bakal dibahas candi Sojiwan, Dawangsari, dan Barong saja. Sedangkan pada part selanjutnya (Part 4.2) akan dibahas kompleks candi Sewu dan kompleks candi Plaosan.

Nah, langsung saja kita bahas satu persatu candi yang sudah saya kunjungi pada hari kelima ini.


Part 4.1 | Hari Kelima - Candi Sojiwan, Candi Dawangsari, Candi Barong (8 Feb 2015)

Perjalanan hari ini dimulai pagi hari sekitar jam 9. Ini pertama kalinya saya keluar pada pagi hari. Jadi enak cuaca saat dimulai tidak begitu terik membakar. Selain itu saya juga punya waktu cukup banyak buat mengarungi setiap candi yang ada hari ini. Perjalanan pertama saya mulai menuju Candi Sojiwan.

Candi Sojiwan

Candi Sojiwan terletak dekat dengan perbatasan antara Sleman (DIY) dengan Klaten (Jateng), dan berada di selatan kompleks Candi Prambanan. Secara administratif terletak di Dusun Sojiwan, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Untuk menuju ke candi Sojiwan, dari pintu keluar candi Prambanan (Jl. Candi Sewu) pertigaan lampu merah (dari arah Klaten) mengikuti jalan raya Solo-Yogyakarta ke arah barat kemudian mengambil jalur paling kiri jalan (bahu jalan). Mendekati gapura perbatasan provinsi Jateng-DIY (selatan candi Prambanan) di sebelah kiri terdapat sebuah jalan kecil disekitar pasar dadakan (biasanya terdapat papan penunjuk arah candi Sojiwan dan Barong Miri). Belok kiri masuk jalan itu kemudian lewat perlintasan kereta api kemudian tetap lurus, lalu sampai pada perempatan pertama belok kiri (ada papan penunjuk candi sojiwan) masuk jalan ke arah timur sekitar beberapa ratus meter maka candi Sojiwan di sebelah kanan jalan tersebut.

Deket banget kan, pemirsa? Itu udah jalan utama yang paling mudah. Bahkan jalannya sangat mudah kan gapake nyasar segala? :v
Sebenarnya ada jalan yang bisa menghemat jarak dan waktu namun jalannya lebih kecil. Sebelum gapura perbatasan di sebelah kiri jalan terdapat masjid dengan menara yang tingginya kayak Prambanan (karena letaknya di Prambanan) dan tepat di sebelah baratnya ada gang kecil. Pintu masuk gang itu bersebelahan dengan RM Padang "Putra Minang" dan ada papan "Desa Wisata"/village tour. Nah masuk gang itu lurus, kemudian menyebrangi rel. Ingat jangan menyebrang rel pas ada kereta api melintas! (Yaiyalah, niat mau ke candi masa malah niat bunuh diri -,-). Abis itu lurus aja sampai perempatan pertama belok kiri arah timur, berjalan bbrp ratus meter, sampai deh di candi Sojiwan. Finish... hufft.

Begitu sampai sini kita parkirin motor di sebelah warung yg udah disediakan warga. Kemudian melapor sama petugas yg jaga disana. Saat itu saya ditawari sumbangan sukarela buat masuk candi sojiwan. Kebetulan duit ane gak ada yang cilik2, akhirnya duit 20k yang ane punya ane putuskan sumbang 10k. Kegedean kah, pemirsa? Yaudah gapapa, itung2 nyumbang buat kompleks bersejarah itu sebagian dari iman lho, hehe.

Seperti biasa candi ini termasuk candi mewah (mepet sawah, wkwkwk). Memang kesan saat liat candi ini lumayan tinggi dan 'kaya' dengan stupa-stupa di bagian atasnya. Dengan kekayaan stupa yang dimiliki Sojiwan otomatis gak bisa dibohongi candi ini termasuk candi Buddha.

Di taman sekitar ada miniatur candi Sojiwan, gak sengaja juga ngeliat lampu sorot yang sudah dilengkapi lampu jenis LED (jadi inget prambanan), kemudian ada sebuah prasasti peresmian purnapugar (pugar final) tahun 2011 oleh kemendikbud waktu itu bpk M. Nuh yang kontroversial soal UN nya itu (termasuk ane korban UN 20 paket waktu itu *curhat*), sehingga hasilnya terlihat seperti sekarang ini..triing...

Tampak depan candi ini, saat menaiki tangga menuju kedalam terdapat gapura kecil yang masih menempel dengan lantai candi utamanya tapi tidak menyatu dengan tubuh candi, membuatnya terlihat unik. Saat masuk ke bagian dalam candi tidak terdapat apa2 alias kosong. Tidak ada arca ataupun lingga/yoni di dalam dan mungkin sudah diamankan.
Bagian dalam candi sudah kosong. Kemungkinan arca sudah diamankan.
Keunikan sojiwan selain stupa2nya yaitu relief-relief yang terpajang di candi sojiwan cukup lengkap. Tercatat ada 20 relief yang menggambarkan setia kisah berupa fabel lengkap (cerita dengan tokoh hewan) dan 1 diantaranya kurang lengkap. ...

Ternyata candi sojiwan memiliki beberapa candi anakan alias candi perwara. Satu candi pengiring berukuran besar berada di sisi utara candi utama. Diantara candi perwara dengan candi utama terdapat dua stupa, dan salah satu stupa telah berhasil direkonstruksi. Di dekat stupa terdapat struktur pagar yang memisahkan antara stupa dengan candi perwara, yang sebagian sisi utara telah direkonstruksi.
Struktur reruntuhan candi perwara di sisi utara.
Struktur pagar pemisah antara candi perwara dengan stupa.
Diantara pagar pembatas dengan candi induk terdapat dua stupa dan salah satu stupa telah berhasil direkonstruksi.
 Setelah melihat sekitar candi, kini tibalah saatnya...untuk menengok relief2 di candi Sojiwan.......
Pertama kita melewati depan candi, sebelum menaiki tangga, seperti biasa...ada makara alias arca singa yang bertugas menjaga pintu masuk candi. Sayang salah satu sisi kiri tangga makaranya hanya drekonstruksi ala kadarnya. Tampak seperti...if you know what I mean... How about you?

Nah setelah memasuki gapura, sebelum masuk lagi ke dalam terdapat relief pria yang sedang menunggangi singa. Unik dan sangar... 
Nah di dinding samping tangga, terdapat relief unik lainnya. Yaitu seperti di tengahnya ada pohon tumbuh diatas pot dan diapit dua pria. Kalo diperhatikan dua pria ini memiliki 'fashion' sendiri. Yang kanan ala tradisional nusantara saat itu, yang kiri justru berpenampilan seperti suku Inca yang khas dengan hiasan kepalanya. Mungkinkah relief ini menceritakan suatu pertemuan antara utusan suku Inca dengan perwakilan dari kerajaan Nusantara?
Relief antara dua orang dari suku Inca dan asli Nusantara
Kemudian terdapat sebuah relief burung. Menurut mbah Wikipedia, relief yang tercatat sbg relief ke 11 ini menceritakan Kinara, atau sejenis makhluk sorgawi. Makhluk ini biasanya dihubungkan dengan kebahagiaan berumah-tangga.
Relief ke 11 : Kinnara
Relief unik lainnya yaitu tampak seekor banteng dengan seekor serigala di belakangnya. Menurut mbah Wikipedia lagi, relief ke 10 ini menceritakan cerita seekor serigala yang menguntit seekor banteng karena mengira bahwa buah zakar si banteng ini merupakan buah beneran dan menunggu sampai matang lalu jatuh dan bisa dimakan. Hmmm, sampai kapan tuh biji jatohnya yak? :v
Relief ke 10 : banteng dan serigala
Sayang relief-relief pada candi sojiwan tidak saya abadikan sama kamera ane, mengingat keterbatasan waktu dan juga daya hape ane, hiks. Selebihnya pada bagian kaki candi berupa relief floratis, yaitu motif2 tumbuhan dengan pola beraturan kayak batik gitu.
Tampak sisi selatan dan tenggara Sojiwan. Bagian tubuh dinding candi cenderung polos, entah batu asli atau batu pengganti, tidak ada relief sama sekali kecuali ukiran variasi bingkai mengikuti desain candi. Cuma ada sebuah jendela mini di setiap sisinya untuk keperluan sirkulasi udara di dalamnya, biar kalo masuk itu brrrrr.
lampu LED merek Yamiko (promosi :p )
Di sekitar halaman ada sebuah lampu LED berukuran 20 watt. Bicara lampu LED jadi teringat lampu LED merek Panasonic yang menerangi candi Prambanan di malam hari (hadeh promosi lagi -,- wkwk)
Sisa batu candi yang di display.
Seperti biasa apabila ada batu yang tidak bisa direkonstruksi ataupun tidak layak disusun karena kerusakan atau apa, lantas dikumpulkan dan di-display di salah satu sisi halaman candi. Tampak salah satu potongan pucuk stupa sama kotak peti setengah terbuka yang diduga dipakai untuk menyimpan barang berharga

Katanya saat sore hari candi ini digunakan anak-anak sekitar untuk bermain bola, sehingga saat sore hari suasana candi ini tidak sepi. Hmmm pemandangan yang manis :)
Kemudian selanjutnya, keterangan lanjut mengenai candi Sojiwan pada papan informasi berikut ini.
 
Hmmm berbau teknik sipil banget. Rupanya sipil pun harus mampu membangun bangunan termasuk...candi.
Setela puas liat-liat candi sojiwan, kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju candi Dawangsari dan Barong.

Candi Dawangsari

Kali ini saya melewati rute yang dijamin gak bakal nyasar lagi sampai harus bener-bener blusukan sampai hutan belantara yang rimba dan dipenuhi hewan2 buas (lebay). Masih ingat kan dengan jalan masuk yang berada persis di samping gapura perbatasan jogja-jateng? Nah setelah lewat rel kereta api itu luruuus aja gak pake belok. Kalo belok dijamin malah ke candi Sojiwan (ya iyalah!). Saat lurus mentok nanti jalan akan berbelok ke kiri, disitulah tanjakan cinta dimulai *ceilah. Ikuti saja jalan utama agar tidak tersesat. Nanti bakal nemuin papan penunjuk arah ke candi Barong.
Nah, sesaat sebelum mencapai candi Barong, kita bakal menemukan Candi Dawangsari. Posisi situs itu terdapat tepat di sbelah kiri jalan. Sangaaat jelas. Kalo temen2 masih nggak keliatan situs ini, penulis rekomendasikan untuk mengecek kondisi mata Anda. Hehehe, bercanda, bercanda.
Saat pertama memasuki candi dawangsari, pertama kita bakal nemuin papan informasi yang kayaaa banget akan tulisan (kali ini bener2 banyaaak banget tulisannya, kayak curhat gitu ._.)
Situs dawangsari dipagar kawat duri, suasananya sepi tidak ada pengunjung dan rata-rata semua pengunjung ke candi Barong saja. Sebelum posisi jalan digeser agak ke utara (atau mungkin ke selatan, lupa) dahulu jalan aslinya melintasi situs dawangsari ini. Dinamakan Candi Dawangsari jarena candi ini terletak di Dusun Dawangsari, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY.
Yang terlihat di lokasi situs adalah sebuah lahan yang luas setara lapangan sepak bola dengan hamparan batu berserakan yang cukup banyak disana. Sampai saat ini masih dilakukan proses rekonstruksi. Namun tidak ada pekerja disana, akibatnya proses rekonstruksi berjalan sangat lambat.
Di sekitar situs ditemukan sekitar dua struktur pondasi stupa berukuran besar. Hmm, bisa jadi ini memang stupa raksasa atau bangunan berbentuk lingkaran dengan stupa di tengahnya. Beberapa tumpukan batu dicoba disusun ulang. Ada satu bentuk susunan batu yang diduga merupakan 'pucuk' dari stupa raksasa itu, tapi bentuknya terasa aneh bila dilihat oleh saya. Bagaimanapun juga, bentuk asli bangunan ini masih menjadi misteri sampai saat ini.
Candi Dawangsari sendiri merupakan candi bersifat Buddha (lagi-lagi stupa raksasa), sementara disebelahnya, candi Barong merupakan candi Hindu. Perkiraan, candi ini dibangun jaman kerajaan Mataram Kuno/Medang pada abad ke-9 masehi, atau mungkin lebih lama lagi. Entah lebih muda barong atau dawangsari. Di sekitar situs ditemukan arca Ganesha yang merupakan ciri khas Hindu. Selain letak candi yang berdampingan, berarti kerukunan berumat antar-agama sudah terjalin bahkan pada masa mataram kuno. Patut dijadikan cerminan bagi kondisi bangsa kita saat ini.
Oke setelah puas tak berlama disana, terutama hari yang semakin terik peluh mulai bercucuran (lebay lagi huft) maka saya lanjutkan ke Candi Barong yang terletak di sebelahnya.

Candi Barong




Perjalanan dilanjutkan menuju cand barong. Tak sampai 100 meter dari lokasi situs Dawangsari. Sempat terjadi insiden saat itu dengan petugas satpam. Jreeeenggg... *backsound menegangkan*

Ada dua satpam disitu, dan sedang meladeni para wisatawan muda cewek yang lagi nyari-nyari candi juga. Nah saya tidak isi buku tamu kemudian saya dapat omel salah satu satpam yang bermuka ala kadarnya, namun saya berdalih sudah isi buku tamu kemarin sore. Akhirnya salah seorang satpam satunya dengan ramah menghampiri saya dan kemudian sedikit berbincang. Dan akhirnya saya baru mendapatkan pengertian jika pengamanan disini pakai metode 'shift-shift'an gitu. Pagi beda penjaga, sore juga beda orangnya, otomatis beda buku tamu juga. Disitulah saya baru ngeh letak kesalahpahamannya. Salah seorang satpam tadi yang alakadarnya kembali menghampiri kami berdua, trus satpam yang ramah itu menjelaskan kesalahpahamannya. Setelah semua udah clear akhirnya saya minta maaf atas yang terjadi (sambil perhatiin si satpam yang alakadarnya itu sebelumnya sempat ngomel2 ke saya). Setelah diijinkan isi buku tamu lagi saya akhirnya bisa masuk candi Barong. Huffftt....
Papan informasi candi Barong
Setelah masuk halaman candi kita disambut dengan hamparan rumput hijau nan segar bak padang rumput. Kita harus melewati halaman berumput untuk menaiki tangga menuju candi Barong.
Ini dia tangganya. Pertama kita menapaki lapisan teras pertama terlebih dahulu kemudian masih melewati tangga yang sama untuk menapaki teras kedua.
Ini teras kedua yang sangat luas. Keunikan candi Barong mulai tampak disini dengan posisi candi utama yang cenderung berpusat ke belakang bangunan candi bukan di tengah bangunan, mirip candi Ijo. Maka bagian depan candi dibuatlah sebuah teras yang sangat luas. Diduga teras yang luas ini digunakan sebagai tempat untuk berkumpul atau untuk melakukan upacara kegiatan keagamaan. Mungkin juga digunakan untuk apel seperti di sekolah2 dan kantor2 :D hehehe.
Semakin kita melangkah kedepan kita dihadapkan sebuah tangga kecil menuju tingkatan teras yang lebih tinggi yaitu teras ketiga. Saat menapaki tangga menuju teras teratas kita melewati sebuah gapura kecil yang mengapit tangga naik.
Dan sampailah di teras ketiga. Di teras tertinggi ini terdapat dua candi utama.
Dua candi utama itu digunakan untuk pemujaan, diperkirakan untuk menghormati Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Masing-masing candi ini mempunyai ukuran yang sama sekitar 8,18 m × 8,18 m dengan tinggi 9,05 m. Bangunan candi-candi utama ini tidak mempunyai pintu masuk, sehingga upacara pemujaan diperkirakan dilakukan di luar bangunan. Keunikan lainnya yaitu posisi kedua candi yang tidak terletak di tengah. Adapun kemungkinan candi pertama yang sehadap gapura kecil adalah untuk Dewa Wisnu dan di sebelah selatan untuk Dewi Sri. 
Ada sisa bangunan di sisi utara tepat di ujung teras paling atas. Ada semacam bekas relung kecil untuk menaruh arca. Bangunan apakah itu? Awas jangan salah fokus ke orang yang lagi duduk di bawah pohon :p
Jika dilihat dari teras teratas, altar pada teras kedua terlihat sangaaat luas bahkan bisa menampung ribuan orang yang mau upacara. Jika dilihat kondisi gerbang kecil yang mengapit tangga, diduga ada semacam dinding pagar yang mengelilingi teras ketiga, dan ada kaitannya dengan bangunan di utara tadi. Hmmm, sebatas dugaan saya aja ya. Bagaimana pendapat para pembaca sekalian?
Tepat dibawah gerbang kecil sebelum menuruni tangga, terdapat angka 1993/1994 terukir di batu. Kemungkinan ini tahun dilakukannya pemugaran pada candi Barong. Bisa jadi.
Dari atas candi barong terlihat pemandangan indah ke arah barat daya.
Dan tepat dibawahnya juga kelihatan dengan jelas candi Banyunibo yang saya kunjungi kemarin.

Nah, setelah puas mengunjungi candi Barong dengan kondisi terik matahari yang sangat membakar dan peluh sudah semakin bercucuran hingga hape pun turut panas, maka saya segera turun dan dalam kondisi gerah yang teramat sangat pun saya bergegas melanjutkan perjalanan.

Perjalanan selanjutnya adalah menuju Situs Keraton Ratu Boko yang fenomenal dan juga terkenal. Wooww... Namun, pembahasan selanjutnya bakal saya lanjutkan pada postingan selanjutnya, yaitu Part 4.2. See yaa next article...


BONUS

Situs (Candi Stupa) Sumberwatu dan Sumberwatu Heritage Resort

Saat sedang dalam perjalanan pulang dan kembali dari candi Barong, saya teringat sebuah artikel yang menceritakan adanya sebuah situs yang terletak di dalam sebuah kompleks villa. Disitulah saya meyakini bahwa keberadaan villa itu sesuai dengan villa yang saya lewati di jalan menuju candi Barong. Kalau tidak salah villa itu bernama Sumberwatu Heritage (SWH). Sesuai namanya, villa tersebut seolah menggambarkan ulang suasana damai di masa dahulu kala daerah tersebut sehingga sangat cocok untuk anda yang mencari tempat penginaan yang memiliki suasana yang damai di era modern.
Candi Stupa Sumberwatu yang sudah berubah 360 derajat sebelum dan sesudah rekonstruksi. Sumber tertera pada gambar.

Aku sedikit promosi gapapa yah? :D hehehe malah jadi nyeleneng dari topik :v

Resort ini terletak di Dusun Sumberwatu, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kab. Sleman, DIY. Resort yang berkonsep modern family ini terdapat villa, penginapan/hotel, restoran, swimming pol, spa, photospot, de el el deh pokoknya lengkaaap banget. Saat ngecek tarifnya secara online, 'cukup' seharga sekitar USD 500 aja, alias sekitar IDR 5 juta per malam. Kenapa aku sampai nyebut 'cukup' untuk harga selangit itu? Karena tempat ini sangat direkomendasikan untuk orang-orang yang berkocek tebal untuk menikmati fasilitas premium terutama rombongan keluarga besar (semua trah keluarga turut diboyong kesini) yang sedang menikmati liburan bareng di Jogja. Very recommended!!

Suatu saat jika keluarga besarku ingin plesiran ke Jogja, aku bakal sangat merekomendasikan tempat ini untuk beristirahat sambil bercengkrama dengan seluruh keluarga besar. :) 

 Keadaan jalan yang tertata rapi sebelum memasuki kawasan resort.

Trus gimana dengan pembahasan Situsnya? Ohiya, hahaha. Situs Sumberwatu sendiri beserta Resort yang mengepungnya terletak tepat di seberang SDN Sumberwatu, sejalan kok sama PP nya candi Barong tadi. Kalau kita cek google maps menuju candi barong, terdapat Restoran Abhayagiri. Disitulah lokasinya. Dahulu lokasi situs ini pada tahun 2010'an masih berupa reruntuhan batu di kebun milik warga dan tak jauh disekitar situs terdapat bau kotoran sapi sebuah kandang sapi. Namun kini semua berubah saat negara api menyerang menjadi sebuah resort mewah. Situs sendiri sudah terinventarisasi oleh Balai peninggalan sejarah Yogyakarta. Kemungkinan sih situs itu direkonstruksi ulang atas kerjasama Balai dengan pihak mengembang Resort mewah itu.

Ada sekelumit kisah kecil soal Situs Sumberwatu mengenai Bandung Bondowoso yang ditangkap oleh Ratu Boko dan dimasukkan ke dalam sumur dan karena kesaktiannya ia berhasil keluar dari sumur itu. Namun belum bisa dipastikan Situs itu atau bukan, selain karena terdapat sumuran candi pada situs itu, terdapat pula situs bernama Sumberwatu pula tak jauh dari Situs Sumberwatu ini dan memiliki kemiripan yang sama.

Bagi yang ingin tahu lebih lanjut SWH Resort ini bisa cek di website official-nya (nah promosi lagi -_-)
Kala itu, situs ini hanya sebuah gunukan kecil berisi tumpukan sisa bangunan candi, yang keletakannya tepat berada di hamparan perkebunan warga, yang jika kalau masuk harus melewati sebuah kandang sapi. namun tiga tahun berselang

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Kala itu, situs ini hanya sebuah gunukan kecil berisi tumpukan sisa bangunan candi, yang keletakannya tepat berada di hamparan perkebunan warga, yang jika kalau masuk harus melewati sebuah kandang sapi. namun tiga tahun berselang semua yang terlihat di situs ini berubah 180 derajat. sempat mengira bahwa situs ini hanya akan jadi sebuah bongkahan tumpukkan batu yang sangat susah untuk direkontruksi kembali. Ternyata hal ini jauh berbeda dengan kondisi situs ini sekarang.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Kala itu, situs ini hanya sebuah gunukan kecil berisi tumpukan sisa bangunan candi, yang keletakannya tepat berada di hamparan perkebunan warga, yang jika kalau masuk harus melewati sebuah kandang sapi. namun tiga tahun berselang semua yang terlihat di situs ini berubah 180 derajat. sempat mengira bahwa situs ini hanya akan jadi sebuah bongkahan tumpukkan batu yang sangat susah untuk direkontruksi kembali. Ternyata hal ini jauh berbeda dengan kondisi situs ini sekarang.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Kala itu, situs ini hanya sebuah gunukan kecil berisi tumpukan sisa bangunan candi, yang keletakannya tepat berada di hamparan perkebunan warga, yang jika kalau masuk harus melewati sebuah kandang sapi. namun tiga tahun berselang semua yang terlihat di situs ini berubah 180 derajat. sempat mengira bahwa situs ini hanya akan jadi sebuah bongkahan tumpukkan batu yang sangat susah untuk direkontruksi kembali. Ternyata hal ini jauh berbeda dengan kondisi situs ini sekarang.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Kala itu, situs ini hanya sebuah gunukan kecil berisi tumpukan sisa bangunan candi, yang keletakannya tepat berada di hamparan perkebunan warga, yang jika kalau masuk harus melewati sebuah kandang sapi. namun tiga tahun berselang semua yang terlihat di situs ini berubah 180 derajat. sempat mengira bahwa situs ini hanya akan jadi sebuah bongkahan tumpukkan batu yang sangat susah untuk direkontruksi kembali. Ternyata hal ini jauh berbeda dengan kondisi situs ini sekarang.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Salah satu pintu gerbang SWH
SWH Logo
Sumberwatu Heritage Official Site

Sumber 1
Sumber 2

Situs Watu Gudig

Awalnya tujuan setelah dari candi Barong adalah ke candi Ratu Boko.  Nah selepas dari Ratu Boko perjalanan selanjutnya diarahkan ke kompleks candi Sewu. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba terdapat papan penunjuk arah Situs Watu Gudig. Tanpa pikir panjang lantas saya pun banting setir menuju situs itu. Yah, benar-benar banting setir mendadak belok kanan jalan menuju gang yang terdapat situs ini 100 meter kedalam. Hufftt...jangan tiru adegan berbahaya ini ya para pemirsa!
Artikel tentang situs Watu Gudig saya masukkan disini, sementara Ratu Boko di next pada sub-part selanjutnya. Situs Watu Gudig terletak di Dusun Jobohan Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Provinsi DIY. Nah dari manakah asal usul nama dari situs ini? Dalam bahasa jawa, watu berarti batu. Sementara gudig atau gidig berarti luka (luka gudig, penyakit gudig'en, luka bercak/koreng/bopeng). Disebut demikian sebab saat batu tersebut ditemukan dalam keadaan penuh bercak akibat jamur batu.
Di situs ini terdapat beberapa batu yang tersusun rapi membentuk formasi segiempat beraturan. Rata-rata batu berukuran diameter 53 cm hingga 75 cm. Diduga situs tersebut bekas sebuah pendopo yang konon merupakan bekas tempat persinggahan prabu Ratu Boko untuk mampir atau beristirahat sejenak. Pendopo itu berbentuk persegi panjang dengan beberapa batu tersebut terdapat tonjolan mirip situs Watu Gong di kota Malang, sebagai umpak atau pondasi tiang/pilar kayu bangunan. Entah terlepas kisah tersebut benar atau didaknya, memjadi misteri hingga kini. Sebagian batu tersebar di mana-mana tak jauh di lokasi situ, ada yang berbentuk segi empat, bulat, ada yang posisi terbalik dan diletakkan ala kadarnya, dan ada pula yang dalam kondisi dikubur (sengaja) agar tak dicuri. Selain itu juga ditemukan beberapa arca dan yoni. Batu tersebut tak jarang banyak ditemukan di sebuah pemakaman umum tepat sebelah situs tersebut.
Selfie diri dengan situs watu gudig
Untuk masuk ke situs ini cukup mengisi buku tamu dan bebas biaya retribusi. Namun sayang waktu saya kesini situs ini sudah tutup. Lantas hanya melihat-lihat sejenak dan ditutup dengan selfie di lokasi tersebut, kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju kompleks candi Sewu.


<to be continued in Part 4.2>

Komentar

My Popular Post

Free Wi-Fi di McDonald's Dinoyo Malang

Yogyakarta-Malang with KA Malioboro Ekspres (Trip Review)

Tips Membuat Kue Bola-bola Keju Coklat | Mudah

Tukang Sol Sepatu Tua di Perempatan ITN Malang

Basa Jawa Kasar (Very-low Javanese Language)

Beragam Situs Peninggalan Sejarah di Malang Raya

Blusukan Candi-candi di Sleman (Part 2)